Tahajud Cinta
5:52 AM
Bismillaahirrahmaanirrahiim....
Sebelum memejamkan mata untuk tidur dalam rangka
mengakhiri aktifitas ‘dua puluh empat jam’ ini, mari kita melihat dan
merenungkan suasana tahajud kita masing-masing.
Apakah tahajud kita sebagai tahajudnya seorang hamba yang
mencintai penciptanya, ataukah sekedar tahajud tanpa makna. Yang melakukan
shalat hanya sekedarnya, setelah itu selesai dan bangga, karena sudah
melaksanakan sebuah ‘ritual’ shalat tahajud. Untuk mengetahui hal itu, marilah
kita mencoba mengukur diri masing-masing.
1. Tentang niat,
Apakah yang melatarbelakangi kita bangun malam?
Apakah kita shalat tahajud karena terpaksa. Mungkin
dikarenakan saudara kita, anak kita, istri / suami kita, atau ada orang dekat
kita, yang bangun malam melakukan shalat tahajud. Dan kita pun ikut bangun
malam lalu kita lakukan shalat tahajud itu.
Ataukah tiba-tiba kita ingin ke kamar mandi, lalu kita
sekalian mengambil air wudhu’ dan kitapun melaksanakan shalat tahajud.
Atau kita sebelum tidur sudah berdo’a kepada Allah, agar
Allah membangunkan diri kita untuk melakukan shalat tahajud.
Apapun yang menyebabkan kita bangun malam, dan kita
lanjutkan dengan shalat tahajud, maka semuanya merupakan perilaku istimewa di
hadapan Allah.. Karena kita melakukan sesuatu yang memang istimewa.
Kalau kita hitung, pada saat di sepertiga malam menjelang
pagi, sekitar jam tiga malam wib, kira-kira ada berapa orang yang bangun untuk
melakukan shalat tahajud? Misalnya di sebuah kota ? Atau di sebuah kampung?
Sungguh amatlah sedikitnya!
Tetapi marilah kita melihat diri kita masing-masing!
Dimanakah posisi kita? Apa yang menyebabkan kita melakukan shalat tahajud?
Apakah demi kecintaan kita kepada Allah Swt, sehingga kita begitu rindunya
ingin bertemu denganNya, ketika semua orang lelap dalam tidurnya? Ataukah karena
alasan lainnya? Setiap posisi itu tentu mempunyai nilai yang berbeda…
2. Tentang pakaian,
Setelah kita melakukan wudhu’ di waktu malam yang cukup
dingin itu, ketika kita mengambil pakaian untuk melakukan shalat, apakah kita
mengenakan pakaian yang seadanya saja, ataukah pakaian tidur saja. Ataukah kita
mengenakan pakaian yang bagus, yang bersih, dan yang Allah menyenanginya.
Ketika suatu saat kita shalat tahajud, dan waktu itu
pakaian yang kita kenakan adalah pakaian yang seadanya saja, maka bandingkanlah
dengan ketika kita pergi ke masjid untuk melakukan shalat jum’at. Begitu indah
pakaian kita, begitu harum tubuh kita…
Untuk siapa pakaian kita yang bagus dan indah itu? Kalau
untuk Allah Swt, mengapa ketika shalat tahajud sendirian saat tidak ada orang
yang melihatnya, kita justru mengenakan pakaian yang tidak indah? Seorang yang
mencintai sesuatu, tentu ia akan memberikan yang terbaik buat si Dia….
3. Tentang bacaan dan gerakan,
Demikian juga tentang bacaan dan gerakan shalat yang kita
lakukan di malam hari, ketika semua orang tidak ada yang mengetahuinya.
Bagaimana kondisi kita?
Apakah bacaan kita begitu `mesra’ saat kita bertemu
dengan Dzat yang kita cintai, ataukah bacaan kita terburu-buru agar shalat
cepat selesai?
Apakah gerakan shalat kita begitu sempurna layaknya
seorang prajurit yang sedang berada di hadapan komandannya, ataukah gerakan
kita semaunya saja?
Setelah kita mengembara mulai saat bangun pagi,
selanjutnya melakukan perjalanan seharian di luar rumah, dan akhirnya kembali
lagi ke rumah untuk tidur lagi, begitu seringnya kita bertemu dengan Allah Swt
dalam berbagai macam peristiwa. Maka harapan kita tentulah saat ini kita telah
menjadi seorang hamba yang begitu dekat dengan Allah Swt. Kecintaan dan
kerinduan kepada Allah Swt akan tercermin dalam tahajud kita.
Tahajud cinta seorang hamba adalah tahajud kerinduan,
bukan tahajud paksaan. Tahajud cinta seorang hamba adalah tahajud yang
mencerminkan jiwa yang tenang, dan hati yang tentram,..
Itulah saat ending yang paling indah dalam hidup kita
selama dua puluh empat jam setiap hari. Kalaulah ending hidup setiap hari, kita
disuruh Rasul untuk dekat dengan Allah dalam tahajud, maka demikian pula dengan
ending hidup seluruhnya, kitapun harus berupaya untuk dekat dengan Allah Swt.
Orang yang berhasil dalam hidupnya, adalah mereka yang
pada akhir hayatnya dipanggil oleh Allah Swt, dengan panggilan yang sangat
mesra :
“yaa ayyatuhan nafsul muthmainnah,irji ilaa rabbiki
raadhiyatam mardhiyyah, fad khulli fii tibaadii wad khulii jannatii..”
Inilah tanda cinta yang sebenar-benarnya cinta…
0 comments