Pelajari Risiko Menikah saat Kuliah
12:37 PM
Assalaamu'alaikum teman-teman penjelajah! apa kabar? semoga selalu mendapat cinta dari Allah dan dalam keadaan baik,sehat yaa. aamin.
browsing2 eh nemu artikel kaya gini nih hehe, weww pasti pada tertarik pas liat judul nya, ckck. eitts jangan salah paham dan berpikir yang macem2 yak, disini saya hanya berbagi aja khususnya kaka2 yg sedang kuliah atau temen2 yang akan duduk di bangku kuliah yang insya Allah bermanfaat buat yang baca dan di pahami baik2 ya. oiya yang sekarang lagi punya pujaan hati (ckck emang hati ada pujaan nya ya hhoho) dari pada buang2 waktu yang ga berguna, nih COCOK sekali di baca biar langsung di praktekkan dari pada banyak dosa.whehe (maap bukan maksud untuk ngepojokin anda) -_-v yaudah langsung baca sendiri aja deh yaaa. silahkan ->
JAKARTA - Apa yang akan kamu lakukan, ketika kamu sedang asyik-asyiknya menikmati harimu sebagai mahasiswa, kemudian si pujaan hati datang menemuimu lepas jam kuliah dan memintamu untuk menikah dengannya? Taruhan kamu pasti terkejut.
Namun jangan bimbang, menikah sebelum lulus kuliah ternyata merupakan hal yang sah-sah saja. Sebelum kamu menjawab pinangan kekasihmu, baiknya kamu segera simak Psikolog Rose Mini berbicara seputar pernikahan dini saat kuliah.
Menurut Rosemini pada dasarnya, menikah saat masih kuliah bukanlah sebuah masalah. Mahasiswa, menurutnya, harus mempersiapakan mentalnya sebelum melangkah ke pernikahan, karena pernikahan itu bukan hal sederhana.
“Sebuah pernikahan membutuhkan komitmen oleh masing-masing pihak, menyepakati sebuah komitmen bukanlah perkara mudah bahkan untuk orang dewasa sekali pun,” ujar psikolog yang akrab disapa Mba Romi, saat berbicara dengan okezone, Rabu (27/7/2011).
Belum lagi, Romi menambahkan, soal perkuliahan yang menurutnya juga merupakan satu hal yang sifatnya menuntut.
“Karena setelah melangsungkan pernikahan, mahasiswa akan dihadapi dengan proses adaptasi yang betul-betul ekstrim. Baik dari kehidupan peribadi dan sosialnya. Oleh karena itu, mahasiswa perlu mempersiapkan dan mempelajari risiko-risiko ini. Jika dirasa siap, silakan menikah,” Romi melanjutkan.
Persiapan yang perlu diketahui banyak macamnya, selain dari diri sendiri. Mahasiswa perlu menayakan kesiapan pasangan dan para orangtua. “Apalagi jika dia laki-laki. Perlu perhitungan tersendiri, karena laki-laki sebagai tulang punggung keluarga. Mau tidak mau harus siap secara finansial,” tambahnya.
Hematnya, kesiapan seseorang untuk menikah itu berbeda-beda, bahkan tidak terpengaruh oleh usia. “Faktor penentu kesiapan seseorang untuk menikah adalah kematangan jiwa seseorang. Jadi belum tentu orang yang katakanlah usianya 25 lebih matang dan lebih dewasa daripada yang berusia 20 tahun,” imbuhnya.
Romi menyarankan, ada baiknya merundingkan niat mahasiswa untuk menikah dengan orangtua masing-masing. “Karena mahasiswa setelah menikah tidak hanya menjalankan peran sebagai suami atau istri seseorang, tetapi juga peran masyarakat, lingkungan dan sebagainya,” ungkapnya.
Jadi, bagaimana? Apa kamu sudah siap untuk menikah walaupun masih kuliah. Seperti kata Mba Romi, kalau kamu merasa sudah siap, mengapa kamu harus ragu?
(rhs)
Namun jangan bimbang, menikah sebelum lulus kuliah ternyata merupakan hal yang sah-sah saja. Sebelum kamu menjawab pinangan kekasihmu, baiknya kamu segera simak Psikolog Rose Mini berbicara seputar pernikahan dini saat kuliah.
Menurut Rosemini pada dasarnya, menikah saat masih kuliah bukanlah sebuah masalah. Mahasiswa, menurutnya, harus mempersiapakan mentalnya sebelum melangkah ke pernikahan, karena pernikahan itu bukan hal sederhana.
“Sebuah pernikahan membutuhkan komitmen oleh masing-masing pihak, menyepakati sebuah komitmen bukanlah perkara mudah bahkan untuk orang dewasa sekali pun,” ujar psikolog yang akrab disapa Mba Romi, saat berbicara dengan okezone, Rabu (27/7/2011).
Belum lagi, Romi menambahkan, soal perkuliahan yang menurutnya juga merupakan satu hal yang sifatnya menuntut.
“Karena setelah melangsungkan pernikahan, mahasiswa akan dihadapi dengan proses adaptasi yang betul-betul ekstrim. Baik dari kehidupan peribadi dan sosialnya. Oleh karena itu, mahasiswa perlu mempersiapkan dan mempelajari risiko-risiko ini. Jika dirasa siap, silakan menikah,” Romi melanjutkan.
Persiapan yang perlu diketahui banyak macamnya, selain dari diri sendiri. Mahasiswa perlu menayakan kesiapan pasangan dan para orangtua. “Apalagi jika dia laki-laki. Perlu perhitungan tersendiri, karena laki-laki sebagai tulang punggung keluarga. Mau tidak mau harus siap secara finansial,” tambahnya.
Hematnya, kesiapan seseorang untuk menikah itu berbeda-beda, bahkan tidak terpengaruh oleh usia. “Faktor penentu kesiapan seseorang untuk menikah adalah kematangan jiwa seseorang. Jadi belum tentu orang yang katakanlah usianya 25 lebih matang dan lebih dewasa daripada yang berusia 20 tahun,” imbuhnya.
Romi menyarankan, ada baiknya merundingkan niat mahasiswa untuk menikah dengan orangtua masing-masing. “Karena mahasiswa setelah menikah tidak hanya menjalankan peran sebagai suami atau istri seseorang, tetapi juga peran masyarakat, lingkungan dan sebagainya,” ungkapnya.
Jadi, bagaimana? Apa kamu sudah siap untuk menikah walaupun masih kuliah. Seperti kata Mba Romi, kalau kamu merasa sudah siap, mengapa kamu harus ragu?
(rhs)
di ambil dari---> http://kampus.okezone.com/read/2011/07/27/373/485048/pelajari-risiko-menikah-saat-kuliah-3
2 comments
yang nge-posting artikel ini disini sudah siapkah?
ReplyDeletebagooosssss hhehehe
ReplyDelete