Jadi Cewek Pejuang

8:52 PM


Bismillaahirrahmaanirrahiim...

Kalo denger kata-kata berjuang, bukan berarti kembali ke zaman penjajahan Belanda tempo doeloe. Tapi zaman sekarang kita? juga masih kudu berjuang. Malah perjuangan sekarang lebih berat dibanding dulu. Loh, apa yang kudu diperjuangkan?

Hidup adalah perjuangan. Pasti kamu pernah denger istilah itu dong. Yup, bener banget. Nggak ada di dunia ini yang bisa kita raih dengan mudah. Kita perlu berjuang untuk meraih apa yang kita inginkan. Mau lulus sekolah misalnya, kudu berjuang mati-matian dengan giat belajar biar lulus ujian. Mau masuk perguruan tinggi, kudu berjuang menembus SPMB yang ketat banget persaingannya. Bahkan para artis top pun, kudu berjuang dari nol buat mendapatkan popularitas dan harta.
Makanya, biarpun kita cewek, tetep kudu berjuang. Apa yang kita kudu perjuangkan? Kemuliaan dan masa depan umat. Tahu kan, sekarang nih kondisi kehidupan nggak ideal banget gara-gara diterapkannya sistem kapitalis-sekuler yang misahin aturan agama dari aturan kehidupan. Akibatnya kaum cewek banyak dirugikan. Udah dihinakan, jadi korban pelecehan, bahkan hanya dijadikan komoditi. Kita kudu berjuang membebaskan diri dari belenggu kapitalis.
Kita kudu berjuang gimana supaya kondisi masyarakat bisa ideal. Kalau sekarang sekolah mahal, gimana kita perjuangkan biar bisa murah. Kalau cewek susah nutup aurat, gimana kita perjuangkan supaya baju muslimah jadi baju wajib. Kalau sekarang minyak tanah pada ngilang, gimana kita berjuang supaya ibu-ibu nggak pusing tujuh keliling gara-gara urusan dapur terhambat. Yes, itulah perjuangan kita sekarang, yakni bagaimana supaya kehidupan menjadi islami. Wah, berat banget ya? Emang, nggak ada perjuangan yang enteng.
Makanya, biar kata cewek, kita kudu punya semangat juang. Dan mental pejuang ini kudu kita pupuk sejak sekarang. Yes, masa muda adalah masa yang pas banget buat berjuang. Entar pas udah tua, kan tinggal menikmati hasilnya gitu loh. Kalau masa muda cuma hura-hura dan baru berjuang di masa tua, rugi banget. Keburu nggak menikmati hasilnya. Iya kan?
Emang sih, yang namanya berjuang bukan berarti orientasi hasil. Maksudnya orang yang berjuang nggak melulu kudu merasakan hasilnya, tapi mungkin yang menikmati adalah para generasi penerus. Pahalanya gede loh. Para pahlawan kemerdakaan misalnya, mereka nggak menikmati jerih payahnya karena keburu jadi tulang-belulang. Tapi jasa mereka dinikmati manusia Indonesia secara turun temurun.
Jadi, kita juga kudu punya misi jauh ke depan. Apa yang kita perjuangkan saat ini adalah demi generasi penerus yang lebih baik. Jadi kalau sampai akhir hayat kita nggak menikmati hasilnya, jangan putus asa karena Allah Swt. insya Allah tetap mencatat usaha kita.
Nah, menjadi pejuang nggak musti teruji lewat medan perang. Kita bisa berjuang dalam ranah pemikiran. Misal dengan menyebarkan opini Islam buat menyerang opini batil. Yang pasti, perjuangan yang kita lakukan tetap kudu selaras ama karakter dan kodrat kita sebagai perempuan. Misal dengan mempertimbangkan kemampuan fisik, mental dan daya jelajah.
Cewek biasanya diidentikkan ama sifat lemah dan cengeng. Nggak salah-salah banget sih, cuma sebagai pejuang, mental kayak gitu musti diminamalisir. Gimana coba kalau baru mendakwahi orang dan orangnya nolak kita langsung mengkeret. Apalagi sampai nangis segala, tengsin dong. Makanya, kita kudu tegar dan bermental baja.
Sebagai pejuang kita juga kudu menunjukkan sikap sebagai pemimpin. Makanya, harus bisa menjadi panutan. Itu bisa kita tunjukkan dengan sikap sehari-hari dalam berinteraksi dengan temen-temen kita.
Belajar dari Sahabiyah
Kita bisa belajar mental pejuang para sahabiyah (sahabat nabi dari kalangan wanita) dulu. Yup, jangan salah, meski hidup di zaman onta, para wanita dulu juga para pejuang sejati loh. Malah mereka sampai maju ke medan perang segala. Emang, bukan berarti megang bedil atawa bom, tapi perannya di medan perang disesuaikan dengan kodratnya, yakni sebagai pendamping dan pendukung para mujahid.
Mereka membantu menyediakan makanan dan merawat tentara yang luka-luka. Kalau istilah sekarang mungkin seksi logistik dan seksi kesehatan gitu deh. Jadi jangan mbayangin serem-seremnya aja, bahwa kalau ikut di medan perang berarti bakal jadi umpan berondongan peluru. Meski begitu, yang namanya berada di situasi perang risiko syahid tetap ada. Sstt…bukan nakut-nakutin loh. Cuma nyiapin mental.
Di antara para sahabiyah yang ikut terjun ke medan perang adalah Ummu Athiyah. Ia berkata: “Saya ikut medan perang untuk menyediakan makan prajurit yang bertempur. Mengawal kemah (tenda) dan perbekalan. Juga merawat orang-orang yang luka, menjaga orang-orang yang sakit.”
Diberitakan oleh Anas bahwasanya beliau melihat Aisyah dan Ummu Sulaim turut beserta Rasul dalam peperangan Uhud. Dengan gesitnya Aisyah bergerak kesana-kemari, menghantarkan kendi minuman kepada para pahlawan.
Emang, adakalanya Rasul mencegah keikutsertaan wanita dengan alasan politis, supaya nggak dianggap musuh bahwa Muhammad kekurangan tentara hingga mengerahkan wanita. Tapi Nabi sama sekali nggak pernah melarang wanita ikut ke medan perang dengan alasan ‘wanita harus di dapur, di rumah saja.’
Karena itu ketika Ummu Sinaan ra? memohon ikut serta dalam perang Khaibar, Rasulullah Saw berkata: “Pergilah dengan mendapat berkat dari Allah.” Ternyata kehadiran Ummu Sinaan sangat membantu pasukan Rasulullah dalam menjaga minuman, perbekalan, mengobati orang sakit dan orang luka.
Begitulah, mental pejuang para wanita patut menjadi teladan. Apalagi di zaman milenium ini, jelas tantangan menjadi pejuang lebih berat. Oke deh, selamat berjuang! Merdeka!!! 

Modal Berjuang
Hakikat perjuangan harus terus menerus dilakukan, mulai saat ini, detik ini juga. Makanya, butuh modal buat berjuang agar mampu melaksanakannya dengan konsisten. Apa aja tuh? Di antaranya:
  1. Keyakinan yang benar. Ya iyalah, kalau kita nggak yakin dengan apa yang kita perjuangkan, gimana mau habis-habisan berjuang? Yang ada pastilah keraguan dan berujung pada lemahnya perjuangan. Nah, keyakinan ini juga bukan sembarang keyakinan, tapi kudu keyakinan yang dilandasi kebenaran.
  2. Kekuatan ruhiah. Inilah kekuatan terbesar dalam perjuangan. Kita musti berjuang dengan landasan perintah Allah Swt. Jadi berjuang bukan semata-mata untuk eksistensi diri (biar disebut hero atawa dapet penghargaan). Bukan pula karena motivasi materi (agar mendapatkan keuntungan). Atau jangan pula sebagai ajang pelarian atau pengisi waktu karena nggak ada aktivitas lain.
  3. Keikhlasan. Yes, kita kudu luruskan niat bahwa perjuangan yang kita lakukan semata-mata demi mendapat ridho Allah Swt. Bukan semata-mata biar mendapat pujian, biar ngetop apalagi biar dapat kecengan temen seperjuangan. Jangan pula karena keterpaksaan, nggak enak hati sama temen seperjuangan.
  4. Kuat mental dan nggak cengeng. Banyak tantangan yang musti kita hadapi dalam perjuangan. Kadang kita disepelekan karena usia kita yang masih muda. Kita juga sering ngeper kalau berhadapan dengan orang yang kita anggap lebih pinter. Atau kita sering dibilang rese ama temen-temen karena sifat kritis kita terhadap pergaulan di lingkungan. Belum lagi kalau menghadapi berbagai penolakan, seringkali bikin mental down dan patah semangat. Nah, jangan sampai ini terjadi.
  5. Doa. Kadang-kadang kita lupa meminta pertolongan Allah Swt. saat mengalami tantangan dalam perjuangan. Misal ketika mendakwahi temen ditolak mentah-mentah, serta merta ada perasaan benci atau malah nyumpahin tuh orang. Padahal kan lebih baik kita doakan aja kepada Allah Swt. supaya tuh orang dibukakan pintu hatinya. Kita dapat pahala, dia juga berpeluang menerima dakwah kita. Adil kan? [kholidah]
[pernah dimuat di Majalah SOBAT Muda, edisi 14/Desember 2005]

Sumber : http://www.gaulislam.com/jadi-cewek-pejuang


Tangerang Selatan,
19 okt 2012/03 Dzul Hijjah 1433 H

You Might Also Like

0 comments

Blogger Perempuan

IHBlogger

Subscribe